TELAH HADIR MAJALAH DAN DRAMA ONLINE (2018) UNTUK ANDA PARA PENGGEMARNYA, TERUS BERGABUNG DAN SHARE KEPADA TEMEN ANDA UNTUK TERUS MEMBACA MAJALAH DEWASA EDISI TERBARU HANYA DISINI. ^_^
Monday, July 23, 2018

Windy Gadis Perawan Yang Ku Nikmati -  Belum lama ini aku kembali bertemu Cindy. Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang. Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yang masih berusia 6 tahun pulang ke Medan tanpa disertai suaminya. Cindy masih seperti dulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah merekah, rambutnya yang lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu. Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yang putih bersih, selalu saja menarik di pandangku, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dielus elus. 

BandarQ Online 2019 - Perjumpaan di Medan ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Medan. Selama kuliah, ia tinggal di rumah tantenya. Rumahku dan rumah tante agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Cindy. Aku mengenalnya sejak kanak kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante  serta Cindy dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. 
Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami. Hari hari berikutnya, Cindy masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Cindy. Kalau sedang rewel, menangis, meronta ronta kalau digendong Cindy menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Cindy. Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Cindy selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama lama Cindy sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Cindy. Tampaknya Cindy tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Cindy mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Cindy tiba tiba muncul. 

Ada apa Na, malam malam begini.. Mas Reza, tinggal sendiri di kantor? Ya, Dari mana kamu.. Sengaja kemari. Cindy mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Cindy terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja. Ada apa, Cindy? Mas.. aku pengin seperti Mbak Lina. Pengin? Pengin apanya? Cindy tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku. Cindy, apa apaan kamu ini.. Tanpa menungguku selesai bicara, Cindy sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar benar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat kuat.

Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku. Cindy merenggangkan pagutannya dan katanya, Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki laki yang pas. Kuangkat tubuh Cindy, dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan. Cindy, Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Lina. Jadikan aku Mbak Linai, Mas. Ayo, kata Cindy sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku. Ia memelukku kuat kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. 


Agen Adu Balak Online - Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut. Cindy merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Cindy kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Cindy. Namun ketika kenikmatan tiba tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini. Kamu amat bergairah, Cindy.. bisikku lirih di telinganya. Hmm.. iya.. Sayang.. balasnya lirih sembari mendesah. Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh.. serunya sembari menelan ludahnya. Ayo, Mas.. teruskan.. Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas? Semuanya, kata Cindy sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Cindy, telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. 

Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya erat-erat hingga badan Cindy lekat ke dadaku. Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku. Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Cindy, namun menambah nikmat aroma gadis muda. Tangan Cindy mengusap usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya. Sedot kuat kuat Mas, sedoott.. bisiknya. Aku memenuhi permintaannya dan Cindy tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber AC itu terasa makin hangat. Mas lepas.. katanya sambil telentang di lantai. Cindy meminta aku melepas pakaian. Cindy sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. 

Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Cindy melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu. Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Cindy melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku. Mas sedot Mas.. teruskan, enak sekali Mas.. enak.. Kupenuhi permintaannya sembari kupijat pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Cindy. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat (cocorde) milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Cindy tampak sedikit tersentak.  hss.. terus.. terus, lenguhnya tak jelas. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya. Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. 

Agen Adu Balak Terpercaya - Jemariku memilin klitoris Cindy dengan teknik petik melodi. Cindy menggelinjang gelinjang, melenguh lenguh penuh nikmat. Mas.. Mas.. ampun.. terus, ampun.. terus ukhh.. Sebentar kemudian Cindy lemas. Namun itu tidak berlangsung lama karena Cindy kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif. Tangannya mencari cari arah penisku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Cindy menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Lina. Akibatnya, memukul ke arah wajah Cindy. Uh.. Mas.. apaan ini, kata Cindy kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Cindy langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku. “Mas.. ini asli?” “Asli, 100 persen, jawabku. Cindy geleng geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 23 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras. Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku. 

Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini. Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya. Alangkah bahagianya MBak Lina. Makanya kamu pengin seperti dia, kan.. Cindy langsung menarik penisku. Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan. Cindy menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Cindy memandangiku penuh harap. Cepat Mas, cepat.. Sabar Cindy. Kamu harus benar benar terangsang, Sayang.. Namun tampaknya Cindy tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Cindy. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya. Cepat Mas.. ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Cindy justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. 

Bandar Online Terpercaya - Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Cindy tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Cindy tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah. Jangan paksakan, Sayang.. pintaku. Terus. Paksa, siksa aku. Siksa.. tusuk aku. Keras.. keras jangan takut Mas, terus.. Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Cindy menjerit, Aouwww.. sedikit lagi.. Dan aku menekannya kuat kuat. Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Cindy, meleleh keluar. Aku melirik, darah.. darah segar. Cindy diam. Nafasnya terengah engah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap. Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Cindy dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Cindy sedikit berkurang ketegangannya. Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Cindy mulai tampak menikmatinya.